Jumat, 26 Februari 2016

Teater Indonesia: Sebuah Permulaan



Kemajemukan suku yang ada dalam  Indonesia –dahulu dikenal sebagai Nusantara- memang tidak dapat dipungkiri lagi. Ada kurang lebih 300 suku yang masing-masing memiliki bahasa dan budaya yang tentu tidak sama. Banyaknya suku yang saat itu masih saling terpisah dan bahkan cenderung saling bertikai antarsuku membuat kolonialisme mudah berkuasa. Satu per satu kerajaan yang berkuasa jatuh ke tangan Belanda yang akhirnya seluruh wilayah Nusantara berhasil dikuasai. Mulailah penderitaan rakyat pribumi ata berkuasanya kolonialisme di Nusantara.
Belanda sadar betul akan kekayaan yang dimiliki tanah Nusantara. Lebih dari tiga abad lamanya Belanda mengeksploitasi sumber daya alam Nusantara. Hal ini  menyebabkan rakyak pribumi menderita secara fisik maupun mental. Hingga pada awal aba ke-20 Dr. Wahidin Sudirohusodo melembagakan Budi Utomo sebagai organisasi yang menggalang dana untuk pendidikan rakyat pribumi. Organisasi ini tidak hanya penting dari sisi pendidikan saja, tetapi mengawali kesadaran akan rasa kebangsaan. Hal ini menjadi langkah strategis gerakan nasionalis Indonesia. Tidak hanya Budi Utomo, pun juga mengispirasi lahirnya berbagai organisasi serupa seperti Taman Siswa di Jawa Tengan, Pasundan di Jawa Barat, dll. Sarekat Dagan Islam yang bermula pada tahun 1911 yang merupakan asosiasi dagang juga ikut dalam arus kesadaran nasionalis ini yang kemudian merubah namanya menjadi Sarekat Islam.
Tahun 1926 adalah titik prnting yang mengawali lahir dan berkembangnya teater Indonesia. Rustam Effendi, intelektual Indonesia yang bekerja sebagai guru di Padang dikenal juga sebagai seorang penyair. Ia menulis sebuah drama berjudul Bebasari (bebas artinya benar-benar bebas atau independen). Pada tahun ini kesadaran nasionalis sudah disadari oleh Rustam Effendi dan penyair lainnya. Meskipun begitu, lompatan yang menjadi penting dalam pengembangan nasionalisme Indonesia terjadi pada tahun 1928, yaitu dengan adanya Sumpah Pemuda yang merupakan hasil dari Kongres Pemuda Nasional.
Hingga kemerdekaan Indonesia diraih pada tahun 1945 yang juga sekaligus mengukuhkan berdirinya negara Indonesia. Bahasa Indonesia yang telah dicetuskan melalui Sumpah Pemuda inilah yang menjadi media pemersatu berbagai suku yang ada di Indonesia. Melalui teater yang dianggap merupakan media yang baik dalam penyampaian pesan ke masyrakat mulai berkembang dengan pesat. Selain Rustam Effendi, selang beberapa tahun kemudian setelah tercetusnya Sumpah Pemuda (1928), dramawan lain turut melahirkan karya dalam semangat yang sama. Sanusi Pane menulis Kerta Jaya (1932) dan Sandhayakalaning Majapahit (1933); Muhammad Yamis menulis Ken Arok dan Ken Dedes (1934). Drama yang dimainkan berisi akan semangat kebangsaan dan nasionalis sebagai bentuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kelahiran Teater Nasional bukanlah suatu hal yang sederhana. Wilayah Indonesia yang begitu luas dan memiliki banyak suku yang akhirnya melahirkan etis teater masing-masing. Kesulitas dalam hal akses menjadikkan terhambatnya perkemabangan Teater Nasional. Makyong dari Sumatera, Lenong, Topeng Banjet, Longser, Ketoprak, Ludruk, Wayang Wong dari Jawa, Aria dan Kecak dari Bali, Mamanda dari Sulawesi merupakan sebagian kecil dari kayanya etnis teater Indonesia. Hal ini merupakan persoalan Teater Nasional yang walaupun demikian tetap terus lahir dan tumbuh. Ketika sejumlah anggota kelompok dari etnis teater yang berbeda mulai menyadari rasa nasionalisme, mereka merasa perlu untuk berkomunikasi dengan visi yang sama. Sarana yang dianggap paling efektif adalah melalui surat kabar dan majalah serta menggunakan bahasa Melayu yang pada saat itu merupakan lingua franca. Berita dan esai ditulis untuk menyebarluaskan nasionalisme sebagai produk pertama dalam upaya komunikasi nasional. Pada titik ini, sastra menjadi langkah berikutnya. Puisi dan cerita memainkan peranan penting mengungkaplan kesadaran kebangsaan. Melimpahnya energi kreatif atas kebutuhan yang dihasilkan dalam sastra kemudian terus melahirkan sebuah teater baru dengan penonton yang baru, meski hanya sedikit jumlahnya.[]
Sumber: Esai Saini K.M. dengan judul "INDONESIAN THEATRE - Historical Background and Current Trends"  http://www.mindspring.com/~accra/indoXchange/rendraRef.html

Minggu, 13 September 2015

#cengkareng

oleh Ishaq Robin

Entah mana yang lebih penting untuk dirayakan
Kelahiran atau kematian?
Entah apa yang lebih penting untuk dirasa
Ke-ada-an atau ke-tiada-an?
Entah apa yang lebih penting untuk diingat
Luka atau kenangan?
Entah siapa yang lebih penting untuk dituju
Diri-Mu atau kamu?

Cengkareng, September 2015

Jumat, 11 September 2015

Aku Lebih Suka

oleh Ishaq Robin

Aku tidak suka lihat kamu menangis
Meski tanpa air mata dan suara, aku tidak suka

Aku lebih suka lihat kamu tersenyum
Meski tanpa mimik dan suara, aku tetap lebih suka.

Meruya, Agustus 2015.

Selasa, 08 September 2015

Perencanaan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di dalam Kelas Bahasa Indonesia

oleh Ishaq Robin

Dalam tugas perencanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia ini saya akan membuat perencanaan dalam meningkatkan hasil belajar anak dalam kelas. Kita ketahui bahwasannya belajar adalah proses di mana individu dapat memperolah pengetahuan akan hal-hal yang baru atau  belum ia jumpai. Dalam proses pendidikan, gurulah yang berperan aktif untuk mrenyampaikan kepada murid-muridnya di kelas. Menurut Gage yang dikutik Sagala (2005;13), belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Pengalaman menjadikan sesorang mengetahui hakikat sesuatu dalam lingkungannya. Lingkungan dapat menjadikan pengalaman yang berbeda dalam setiap individu. Sebagaimana pendapat Slameto (2003:2) menyatakan bahwa, belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Namun kerap kerap kali dalam proses kegiatan belajar mengajar ada hambatan-hambatan yang membuat siswa/siswi mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran sehingga berdampak pada tidak tercapainya target yang ditentukan sekolah. Dalam mengatasi hal ini diperlukan strategi-strategi yang jitu guna pembelajaran dapat berjalan efektif.
Dari sekian banyak cara dan metode yang telah diterapkan, salah satunya akan saya bahas dalam tulisan ini. Mengenai pencapaian seseorang dalam belajar biasanya dapat diukur dari nilai raport yang dikeluarkan sekolah. Banyak aspek yang harus diamati dalam menentukan pencapaian siswa dalam belajar, yaitu dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Salah satu sifat dasar manusia adalah ketika dipenuhi kebutuhan dan kesenangannya maka mereka akan merasa bahagia, dan sebaliknya ketika tidak terpenuhi atau bertolak belakang dengan apa yang mereka senangi maka akan berakibat pada keadaan jiwa yang marah, sedih, kesal, jengkel dan rasa ketidaknyamanan. Reward dan punishment sebagai faktor pendorong dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Siswa yang rajin, aktif, disiplin dan berprestasi akan diberikann reward atau pengakuan dan penghargaan. Ini akan menjadikan siswa merasa diperhatikan dan dihargai. Kemudian bagi siswa yang malas, tidak disiplin, bahkan melakukan pelanggaran maka akan diberi punishment atau teguran dan hukuman sebagai akibat dari apa yang telah ia lakukan.
Pada tahap pelaksanaan, kondisikanlah siswa siswi sebagaimana dalam pembelajaran biasa. Kemudian di awal pertemuan guru menyampaikan bahwa siswa yang mengerjakan tugas dengan baik akan mendapat reward dan siswa yang telat dalam mengerjakan tugas atau tidak mengerjakan akan mendapat punishment. 
Selanjutkan guru berusaha menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan diajarkan. Langkah ini dapat dilaksanakan dengan member stimulus-stimulus seperti pertanyaan-pertanyaan ringan yang berkaitan dengan materi. Bisa juga dengan menghubungkan kebiasaan mereka dirumah dengan pembahasan materi. Seperti menonton berita televise, pidato kepresidenan dan lain-lain. 
Selanjutnya sampaikanlah materi dengan baik. Berilah kesempatan siswa siswi untuk menanyakan apabila ada materi yang kurang jelas dalam penyampaiannya. Dalam pemberian tugas bias untuk dikumpulkan hari itu juga atau bias juga dikerjakan di rumah dengan batas waktu yang ditentukan. Disinilah peran reward dan punishment yang akan memotivasi mereka untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Setidaknya untuk mendapatkan reward dari guru.
Semoga perencanaan pembelajaran ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan yang baik pula. Terima kasih.

Sabtu, 05 September 2015

“Mencari” Jawaban dari Gadis Lembah Esai analisis dan tafsiran puisi Mencari karya Sanusi Pane

Mencari” Jawaban dari Gadis Lembah
Esai analisis dan tafsiran puisi Mencari karya Sanusi Pane
oleh Ishaq Robin 1113013000056

Tema besar yang dibawa oleh puisi ini tersurat dengan jelas pada judul yang diberikan penulis, yaitu mencari. Lebih dalam kita membaca puisi ini, maka akan kita temukan makna yang lebih dalam mengenai pencarian yang dilakukan si aku-. Kesungguhan aku- dalam mencari rupanya memang tidak main-main. Kesungguhan itu terlihat dalam ungkapan mencari, berjalan, melakukan pesiar, dan mengembara di kebun India, Yunani, Roma, dan benua barat.

Tidak cukup dengan itu, aku- tetap mencari dalam segala bacaan yang didapatkkannya diperpustakaan dunia bahkan menelisik dan mengkaji ulang pemikiran filsafat mengenai asal, sebab, dan hukum segala yang ada. Hingga sampailah pencarian aku- pada apa yang dicari selama perjalanan panjang ini. Bukan pada jarak jauh yang tempuh dan tidak pada bacaan yang dibaca, tempat ia berlabuh adalah pada dirinya sendiri, hati. Hatilah tempat asal kebahagiaan yang selama ini aku- cari dalam pengembaraannya di dunia. Hati yang selama perjalanan hidupnya sudah menanti dirinya untuk menyadari bahwa kebahagiaan ada dalam dirinya.

Analisis mengenai puisi Mencari setidaknya terdapat beberapa bentuk sinonimi, aliterasi, dan konsonansi. Sinonimi merujuk pada penggunaan kata-kata yang maknanya kurang lebih sama atau mirip. Sinonimi dalam puisi Mencari dapat kita jumpai dalam bait pertama, seperti di bawah ini:

Aku mencari
Di kebun India
Aku pesiar 
Di kebun Yunani,
Aku berjalan 
Di tanah Roma,
Aku mengembara
Di benua Barat

Keempat kata tersebut sebenarnya tidak memiliki makna yang sama sebab masing-masing kata  mempunyai nuansa makna yang berbeda. Dalam konteks ini, kata mencari, pesiar, berjalan, dan mengembara mempunyai kesamaan makna parsial yang merujuk pada referen mencari. Keempat kta tersebut saling bertaut karena mengembara memberikan penekana lebih dari kata-kata sebelumnya.

Kemudian dalam puisi Mencari juga ditemukn bentuk aliterasi, yaitu bentuk pengulangan bunyi konsonan yang berada di posisi awal. Aliterasi ini terdapat pada bait kedua baris ke 4 dan 5, sebagai berikut:

Segala filsafat
Sudah kuperiksa

Pemilihan kata segala dan sudah jelas didasarkan pada pertimbangan terciptanya aliterasi agar bunyi yang dihasilkan menjadi musikal. Selanjnutnya dalam puisi mencari juga terdapat bentuk konsonansi, yaitu pengulangan bunyi konsonan di akhir kontruksi. Contoh bentuk ini adalah sebagai berikut:

Akhirnya ‘ku sampai
Ke dalam taman
Hati sendiri

Pemilihan kata tersebut juga terbukti didasarkan pada pertimbangan terciptana bunyi /i/ sehingga terciptalah perulangan bunyi yang musikal berupa sajak dalam yang artistik.

Tafsiran mengenia puisi Mencari dapat kita temukn bahwa aku- sedang berusaha mencari hakikat kebahagiaan dengan ukuran duniawi yang sekiranya dapat membuat manusia bahagia atas apa yang telah diperolehnya. Puisi ini diawali dengan ungkapan:

Aku mencari
Di kebun India

Terlepas dari pengalaman penulis yag pernah berkunjung ke India untuk memperdalam budaya Hindu, India merupakan peradaban tertua selain China dan Romawi. Pada masa kerajaan Moghul yang juga sebagai tanda keemasan pada masa itu, kemajuan teknologi India memang lebih maju terutama dalam hal pertanian. Dalam konteks puisi, aku- berusaha mencari kebahagiaan di kebun India yang terkenal dengan kemajuan dalam bidang pertanian.

Aku pesiar
Di kebun Yunani

Selain terkenal dengan banyaknya tokoh filsafat yang lahir di Yunani yang memiliki kekuatan militer laut yang kuat. Jika dikaitkan dengan puisi Mencari seolah aku- akan mendapatkan kebahagiaan bersamaan dengan persiaran di Yunani.

Aku berjalan
Di tanah Roma

Roma yang digambarkan tanah yang tangguh, banyak kekuatan yang mencoba menaklukan tanah Roma namun kebanyakan telah gagal dalam penaklukan itu. Bangsa Romawi yang pada masanya beribukota Roma, membutuhkan 500 tahun untuk dapat menaklukan wilayah Roma, maka bangsa yang menaklukan Roma dapat dikatakan sebagai kerajaan yang amat kuat. Kaitan dengan puisi Mencari adalah bahwa aku- merasa menemukan kebahagiaan dengan berjalan di tanah yang memiliki ketangguhan.

Aku mengembara
Di benua Barat

Benua Barat yang digambarkan memiliki masa yang suram pada abad pertengahan di mana pada masa itu orang-orang wajib mengikuti dewan gereja, bagi yang tidak akan mendapat hukuman mati. Selain itu kejahatan dan tindak asusila juga merebak pada masa yang sama. Dalam kaitannya dengan puisi Mencari, aku- yang mengembara di benua Barat pasti akan kembali ke asalnya karena seorang pengembara hakikatnya tidak tinggal dalam wilayah tersebut, melainkan hanya sepintas melewatinya. Aku- merasa begitu hebat karena dapat mengembara di benua Barat dengan selamat dan berharap menemukan apa yang ia sebut sebagai kebahagiaan.

Segala buku
Perpustakaan dunia
Sudah kubaca

Perpustakaan merupakan pusat berkumpulnya buku dan buku merupakan sumber bacaan yang mengandung banyak ilmu pengetahuan. Sedangkan dunia merupakan tempat yang amat luas. Jadi, perpustakaan dunia merujuk pada ilmu yang sangat luas dan aku- sudah membaca semuanya. Aku- berharap menemukan kebahagiaan dengan menguasai sebanyak mungkin ilmu pengetahuan dunia.

Segala filsafat
Sudah kuperiksa

Aku- dalam pencarian bahagianya bahakn menelisik lebih dalam mengenai segala yang ada, asal, sebab, dan hukumnya. Dengan begitu, aku- merasa akan dapat menemukan hakikat kabahagiaan.

Akhirya ‘ku sampai
Ke dalam taman
Hati sendiri
Di sana bahagia
Sudah lama
Menanti daku

Puncak dari pencarian aku- mengenai bahagia akhirnya bermuara pada hatinya sendiri. Hati merupakan tempat segalanya bermula dalam diri manusia. Perjalanan aku- yang melewati kebu India dengan teknologinya, kebun Yunani dengan kekuatan lautnya, dan perjalanan di tanah tangguh Roma, serta pengembaraannya melewati wilayah yang penuh kejahatan tidak membuatnya menemukan hakikat kebahagiaan.

Ilmu yang melimpah dari hasil bacaannya di perpustakaan dunia dan perenungannya mengenai filsafat yang ada pun tak menbuat aku- dapat menemukan kabahagiaan yang ia cari. Akhirnya pada hatinya sendirilah aku- menemukan hakikat kebahagiaan. Hati inilah yang telah lama menunggu dirinya datang kembali setelah pencariaanya pada dunia tak menemukan titik kebahagiaan.

Aku- dan daku dalam puisi ini merujuk pada nama dan sosok yang sama, yaitu penulis, Sanusi Pane. Perjalanan penulis mencari kebahagiaan tidak hanya tersurat dalam puisi Mencari tertapi juga dalam puisi lainnya, penulis tampak sedang bergulat menenai hakikat kebahagiaan yang carinya. Hal ini terlihat dalam puisi Gadis Lembah berikut ini:

Dapatkah kau memberitahu daku.
Di mana gerang tempat bagia,
Di mana damai tidak terganggu,
Di mana jiwa bersuka ria?

Puisi Gadis Lembah menyimpan pertanyaan besar penulis mengenai kebahagiaan. Pertanyaan itu jelas terjawab oleh puisi Mencari, maka inilah jawaban dari Gadis Lembah atas pertanyaan daku (Sanusi Pane).

Gagasan yang dapat ditarik dalam puisi Mencari karya Sanusi Pane ini adalah bahwa kebagaiaan hakikatnya tidak membutuhkan apapun dalam keduniawian. Kebahagiaan yang sesungguhnya tidak perlu dicari melalui kekuasaan, harta, dan jabatan, melainkan ada dalam hati nurani setiap jiwa yang menginginkan sejatinya kebahagiaan itu.[]

Kamis, 03 September 2015

Keragaman Sastra dan Pendidikan

Esai: Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan Masalah Keragaman Budaya Indonesia

Keragaman Sastra dan Pendidikan

Indonesia dengan keragaman budaya  dan alamnya mengahantarka bangsa ini menjadi salah satu negara dengan objek penelitian penting dalam berbagai sektor.  Keberagaman tersebut mampu menyerap berbagai kalangan terkait untuk melakukan berbagai penelitian. Keberagaman itu pula yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang unik, yang menjadikannya ciri khas bagi bangsa ini.

Pendidikan merupakan salah satu sektor yang tersebut di atas. Melihat dari luasnya teritorial negara ini sebanding dengan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Semakin tinggi angka tersebut semakin tinggi pula kebutuhan untuk memenuhinya. Inilah hukum kausalitas yang ditimbulkan, yaitu berbagai permasalahan terkait dengan pendidikan. Lebih sempit lagi saya akan membahas mengenai pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dan kaitannya dengan keberagaman budaya yang ada.

Belajar adalah hal yang selalu dituntut dalam hidup setiap insan di dunia. Kita ketahui bersama bahwa aytat pertama dalam Al-Qur'an yang diturunkan ke bumi ialah berkaitan dengan pendidikan. Bacalah!, hanya dengan memahami kalimat perintah itu secara eksplisit saja kita sudah memahami apa yang harus dilakukan ketika ayat ini turun, lebih lanjut para mufasir  menjelaskan apa yang terkandung di dalamnya.

Para pembelajar adalah ia yang selalu menempatkan jiwa ingin tahunya di atas segalanya. Hingga tidak ada pekerjaan lain pun yang ia senangi kecuali belajar. Soal belajar mengaja Peter F. Drucker pernah mengatakan bahwa, "belajar dan mengajar secara berkesinambungan harus menjadi begian dari pekerjaan." karena memang belajar tidak mungkin lepas daripada mengajar.

Peran sekolah boleh dikatakan sangatlah strategis dalam menumbuhkan cipta rasa maupun karya keindonesiaan. Beragamnya budaya dan bahasa yang ada menambah kekayaan bangsa Indonesia. Melalui karya sastra, pengarang dapat menggambarkan sejarah, adat istiadat masa lalu, suku, bahasa, dan budaya. Semua jelas terdeskripsikan dalam lembaran karya sastra yang disandarkan pada persatuan Indonesisa.

Pendidik harus dapat menyelaraskan keberagaman karya sastra Indonesia dengan metode pembelajaran yang tepat, agar tercipta perpaduan yang dapat menghantarkan tujuan dari lahirnya karya sastra tersebut. Peserta didik yang beragam hendaknya menjadikan pendidik lebih kreatif dalam menyajikan pengajaran sastra Indonesia. Jadikan mereka individu-individu yang menanamkan  kearifan lokal yang tersurat maupun tersirat dalam berbagai karya sastra.

Sastra Indonesia adalah karya sastra yang lahir dengan bahasa Indonesia dan unsur instrinsik maupun ektrinsiknya pun berkaitan dengan Indonesia. Sastra pada gilirannya dapat menggambarkan berbagai sisi kehidupan manusia yang menjadi corak dari masing-masing asal budayanya. begitupun sastra Indonesia. Sastra Indonesia merupakan salah satu bentuk pengungkapan pemikiran tentang masyarakat baru Indonesia (Rumusan Seminar Politik Bahasa tahun 1999).

Bahasa Indonesia sebagai sarana pengucapan karya sastra Indonesia modern, menurut Kuntjaraningrat (1985:527--538), merupakan wujud nyata kebudayaan nasional bangsa Indonesia. Kehadiran sastra Indonesia modern yang menggunakan bahasa Indonesia memenuhi fungsi: (1) memperkuat identitas orang sebagai suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia; (2) memperkuat solidaritas di antara warga negara dari negara yang bersangkutan sehingga memperkukuh persatuan Indonesia.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia akan sangat berarti jika sang pendidik benar-benar mengetahui etentitas dari apa yang harusnya ia ajarkan. Maka fungsi-fungsi yang tersebut akan menjadi output pembelajaran sastra yang diimplementasikan dalam dunia kependidikan terutama dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Jika selama ini pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terasa begitu jauh dengan karya-karya sastra aslinya, itulah mengapa seakan-akan kebudayaan lokal makin tergerus oleh arus globalisasi. Harus ada langkah yang dirubah, harus ada jalan yang diperbaharui. Dengan menyajikan karya sastra secara konkret kepada peserta didik, maka diharapkan nilai-nilai yang terkandung akan lebih meresap ke dalam hati dan perasaan mereka. Jangan jadikan keberagaman budaya menjadi jurang pemisah antara etnis satu dengan lainnya. Antara satu suku dengan suku lainnya, maka sastra menjawabnya dengan keberagaman makna yang telah dirangkai dalam ribuan kata oleh sang pengarang.

Keindahan dalam sebuah karya sastra adalah ketika seorang pengarang dapat menggambarkan begitu banyak perbedaan dalam satu karya utuh yang kita sebut sastra. Pengarang mampu menciptakan begitu banyak tokoh yang berbeda, padahal berasal dari otak yang sama. Ia ciptakan alur yang begitu meliku, hingga para pembaca terenyuh dibuatnya. Namun itu tidak lain adalah untuk memperindah paduan karyanya.[]

Ishaq Robin.

Senin, 31 Agustus 2015

Dimensi Bangsaku (Indonesia)

Berbicara tentang Indonesia, negara dengan ribuan pulau, ragam suku, bahasa, dan budaya, sepertinya tidak akan ada habisnya. Banyak permasalahan mengiringi tapak tilas negeri berjuta impian ini, bahkan sebelum ia menjadi sebuah negara pun, masalah sudah menjadi kawan akrab baginya. Siapa yang akan lupa dengan sejarah bangsa ini dalam merebut kemerdekaannya dengan berjuang lebih dari tiga abad lamanya? Silih berganti penjajah datang ke negeri ini karena tergiur dengan potensi sumber daya alamnya yang begitu melimpah. Kini ia semakin dewasa, usianya sudah mencapai 68 tahun sejak diproklamirkannya kemerdekaan bangsa ini pada tahun 1945 oleh Soekarno dan Hatta. Sejak itulah nama Indonesia dikenal sebagai sebuah negara yang berdaulat, meski tetap saja ada yang enggan mengakui kemerdekaannya.

Tahun demi tahun dan Indonesia pun memasuki berbagai fase baru dalam perjalanan kenegaraannya. Berusaha bangkit dari keterpurukan bayang-bayang penjajah, Indonesia butuh pergerakkan dalam segala sektor guna bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang terlebih dahulu merdeka. Waktu membuktikan bahwa bangsa ini memang sudah berevolusi walau tak sempurna. Berbagai prestasi yang diraih anak bangsa menunjukkan negara ini memiliki potensi besar untuk tampil di hadapan dunia. Tetapi, apakah sesungguhnya Indonesia sudah sepenuhnya merdeka? Sepertinya hanya sebagian kecil dari besarnya Indonesia yang sudah merasakan manisnya kemerdekaan.

Ada kegelisahan yang saya rasakan ketika menyaksikan begitu banyak perkembangan yang terjadi dengan bangsa ini. Lihat bagaimana Indonesia di mata dunia begitu indah, begitu elok akan etika ramah tamahnya, begitu harmonis di segala bidang. Namun tak dipungkiri bahwa ada dimensi lain dari negeri ini yang terlupakan. Dimensi yang kasat mata namun ia sulit untuk diraba, dimensi ini nyata namun ia sulit dirasa, entah karena terlalu sibuk mengurusi penampilan di mata dunia atau memang tak peduli dengan dimensi yang ada.

Katanya…Negeri ini kuat, tapi kenapa masih ada rakyatnya yang tertindas di negeri orang? Negeri ini kaya, tapi kenapa masih ada gerombolan rakyatnya yang meminta-minta di setiap kota? Negeri ini bersahaja, tapi kenapa masih ada golongan yang menindas golongan lainnya? Negeri ini sejahtera, tapi kenapa masih ada hukum rimba yang menggilas rakyat lemah? Negeri ini bersih dan jujur, tapi kenapa masih ada tikus-tikus yang selalu menggerogoti uang kertas rakyat? Negeri ini makmur, tapi kenapa masih ada petani yang tidak menikmati hasil kebunya sendiri? Negeri ini sentosa, tapi kenapa masih ada bayi kurang gizi di desa-desa?

Kenapa semua itu bisa terjadi? Padahal negeri ini ingin maju di segala sektor dan bidang. Lalu bagaimana bisa dikatakan negeri ini sudah maju jikalau masih ada dimensi-dimensi yang tak terurusi oleh para pemimpinnya?

Sulit memang mencari siapa yang salah dan yang harus dipersalahkan. Satu hal yang pasti, rakyat ingin sebuah bukti bukan janji, rakyat ingin menikmati bukan mengagumi, rakyat ingin solusi bukan sekedar visimisi, rakyat ingin suatu hari nanti kemajuan benar-benar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat bukan hanya para petinggi bangsa ini. Mari bersama mewujudnya Indonesia sejahtera, karna tak mungkin hanya dengan mengandalkan para pemimpin bangsa untuk dapat maju dan berkembang. Maka masing-masing pribadi memiliki andil yang sama dalam merubah wajah Indonesia di mata nasional maupun di mata internasional. Ini adalah PR besar yang sesungguhnya bukan hanya bagi pemerintah, tapi juga bagi kita yang peduli dengan kemajuan Indonesia di segala bidang dan lapisan masyarakatnya.[]
Ishaq Robin (FITK-PBSI 2013)
Meruya, 2013