Senin, 31 Agustus 2015

Dimensi Bangsaku (Indonesia)

Berbicara tentang Indonesia, negara dengan ribuan pulau, ragam suku, bahasa, dan budaya, sepertinya tidak akan ada habisnya. Banyak permasalahan mengiringi tapak tilas negeri berjuta impian ini, bahkan sebelum ia menjadi sebuah negara pun, masalah sudah menjadi kawan akrab baginya. Siapa yang akan lupa dengan sejarah bangsa ini dalam merebut kemerdekaannya dengan berjuang lebih dari tiga abad lamanya? Silih berganti penjajah datang ke negeri ini karena tergiur dengan potensi sumber daya alamnya yang begitu melimpah. Kini ia semakin dewasa, usianya sudah mencapai 68 tahun sejak diproklamirkannya kemerdekaan bangsa ini pada tahun 1945 oleh Soekarno dan Hatta. Sejak itulah nama Indonesia dikenal sebagai sebuah negara yang berdaulat, meski tetap saja ada yang enggan mengakui kemerdekaannya.

Tahun demi tahun dan Indonesia pun memasuki berbagai fase baru dalam perjalanan kenegaraannya. Berusaha bangkit dari keterpurukan bayang-bayang penjajah, Indonesia butuh pergerakkan dalam segala sektor guna bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang terlebih dahulu merdeka. Waktu membuktikan bahwa bangsa ini memang sudah berevolusi walau tak sempurna. Berbagai prestasi yang diraih anak bangsa menunjukkan negara ini memiliki potensi besar untuk tampil di hadapan dunia. Tetapi, apakah sesungguhnya Indonesia sudah sepenuhnya merdeka? Sepertinya hanya sebagian kecil dari besarnya Indonesia yang sudah merasakan manisnya kemerdekaan.

Ada kegelisahan yang saya rasakan ketika menyaksikan begitu banyak perkembangan yang terjadi dengan bangsa ini. Lihat bagaimana Indonesia di mata dunia begitu indah, begitu elok akan etika ramah tamahnya, begitu harmonis di segala bidang. Namun tak dipungkiri bahwa ada dimensi lain dari negeri ini yang terlupakan. Dimensi yang kasat mata namun ia sulit untuk diraba, dimensi ini nyata namun ia sulit dirasa, entah karena terlalu sibuk mengurusi penampilan di mata dunia atau memang tak peduli dengan dimensi yang ada.

Katanya…Negeri ini kuat, tapi kenapa masih ada rakyatnya yang tertindas di negeri orang? Negeri ini kaya, tapi kenapa masih ada gerombolan rakyatnya yang meminta-minta di setiap kota? Negeri ini bersahaja, tapi kenapa masih ada golongan yang menindas golongan lainnya? Negeri ini sejahtera, tapi kenapa masih ada hukum rimba yang menggilas rakyat lemah? Negeri ini bersih dan jujur, tapi kenapa masih ada tikus-tikus yang selalu menggerogoti uang kertas rakyat? Negeri ini makmur, tapi kenapa masih ada petani yang tidak menikmati hasil kebunya sendiri? Negeri ini sentosa, tapi kenapa masih ada bayi kurang gizi di desa-desa?

Kenapa semua itu bisa terjadi? Padahal negeri ini ingin maju di segala sektor dan bidang. Lalu bagaimana bisa dikatakan negeri ini sudah maju jikalau masih ada dimensi-dimensi yang tak terurusi oleh para pemimpinnya?

Sulit memang mencari siapa yang salah dan yang harus dipersalahkan. Satu hal yang pasti, rakyat ingin sebuah bukti bukan janji, rakyat ingin menikmati bukan mengagumi, rakyat ingin solusi bukan sekedar visimisi, rakyat ingin suatu hari nanti kemajuan benar-benar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat bukan hanya para petinggi bangsa ini. Mari bersama mewujudnya Indonesia sejahtera, karna tak mungkin hanya dengan mengandalkan para pemimpin bangsa untuk dapat maju dan berkembang. Maka masing-masing pribadi memiliki andil yang sama dalam merubah wajah Indonesia di mata nasional maupun di mata internasional. Ini adalah PR besar yang sesungguhnya bukan hanya bagi pemerintah, tapi juga bagi kita yang peduli dengan kemajuan Indonesia di segala bidang dan lapisan masyarakatnya.[]
Ishaq Robin (FITK-PBSI 2013)
Meruya, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sempatkan untuk berkomentar dalam bentuk kritik maupun saran. Jadilah pengunjung dan komentator yang baik.